Kamis, 09 Maret 2017

Ketika ALLAH menyapa...

                                                                                                                                
                                                                                                                                             PART 1




(Sumber : Google)

                                                                             
Tuhan...
hari ini engkau memberiku banyak nikmat yang tak dapat aku menghitungnya..
hari ini kau izinkan aku untuk kembali membuka mata, melihat dengan kedua bola mata pemberianmu.
Dan hari ini pula engkau masih mencintaiku sebagai hambamu...

Tuhan...
aku tahu.. disetiap langkahku, terdapat takdirmu..
aku tahu.. disetiap helaan nafasku, kau selipkan kasing sayangmu..
aku tahu.. di sepanjang jalan hidupku, kau kirimkan malaikatmu untuk terus menjagaku..

namun Tuhan..
pantaskah aku berlaku sombong terhadap diriku sendiri ?
pantaskah aku terus berbuat ingkar di atas muka bumi milikmu ?
pantaskah aku terus menyakiti setiap umat dari kekasihmu ?

Tuhan..
aku hanyalah hambamu yang selalu saja keliru atas setiap kehendakmu..
aku hanyalah salah satu dari jutaan hingga miliaran hambamu yang tidak henti-hentinya mengharapkan ampunan disisimu..

Tapi Tuhan..
dari sekian banyak, hingga tak terhitungnya setiap lembaran dosa yang pernah ku torehkan  didalam diriku, aku selalu ingin bertanya kepadamu..

Tuhan..
mengapa engkau selalu MENCINTAI ku??
mengapa engkau selalu MENGASIHI ku??
mengapa engkau selalu MENJAGA ku??


(Sumber : Google)


Tiba-tiba isak tangis itupun tak dapat dibendung lagi, Aleaa. gadis berusia 20 tahun itu menggenggam erat bolpen di tangan kanannya. butiran air mata ikut jatuh membasahi kertas putih bergoreskan tinta hitam di atas pangkuannya. Aleaa menangis pilu. memendam setiap kerapuhan jiwanya. jemarinya bergetar. Debaran jantungnya buncah. Aleaa menangis. ia kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. menarik-ulur setiap detik ingatan didalam memori pikirannya. berputar cepat bak baling-baling pada sumbunya. tidak ingin terhentikan. tiba-tiba suara itu...

"ALLAHU AKBAR.. ALLAHU AKBAR !!

Terdengar panggilan indah yang saling bersahutan dari setiap penjuru dunia. suara yang dinanti oleh setiap kaum muslimin untuk bertemu sang penciptanya. suara itu, menghipnotis setiap gerakan manusia. bak seorang pemimpin yang memerintahkan pengikutnya untuk memberhentikan setiap kegiatan yang tengah dikerjakan. meninggalkan setiap hiruk-pikuk dunia untuk bertemu dengan sang pemilik dunia. 

Begitu pula dengan Alea yang menurunkan kedua tangan yang menutupi wajahnya. jantungnya kembali tenang. sesekali ia menghapus bekas air mata diwajahnya dengan kedua jemari. bergegas menunaikan kewajibannya, Alea pun tidak ingin terlambat berjumpa dengan Tuhannya. ia menutup lembaran putih berbalut tinta hitam itu. mengambil tumpukan buku yang ada disamping. serta bergegas meninggalkan taman. be continued !!



Senin, 26 Desember 2016

ZACKY, SI MUALLAF YANG GEMAR BERSEDEKAH


"Bersedekhlah, Kepada orang sakit !"

        

  Hiruk-pikuk  aktivitas kampus masih terasa. Setiap mahasiswa asyik bergelut dengan kegiatan mereka. Tidak berbeda dengan kami, ynag masih menunggu kehadiran salah seorang dosen pengampu mata kuliah writing,Editing and Reporting.  Kondisi ruangan semakin gaduh,  kursi berserakan, para mahassiswa keluar-masuk dari ruangannya, begitu pula dengan saya yang asyik menggunakan gadget sebagai penawar kebosanan. Naun dari kejauhan tampak seorang lelaki yang bertubuh sedang, tidak tinggi dan tidak pendek pula. Rambutnya pekat, dan selalu menebar senyuman. Ia terus berjalan kearah ruangan kami. Sembari memasuki ruangan, lelaki itu pun langsung merambah kursi dan meletakkan absen diatas meja persegi empat itu. Melihat kedatangannya para mahasiswa langsung merapikan kondisi ruangan bak kapal pecah tersebut.
“baiklah, hari ini kita final ya !” sepenggal kata pembuka lelaki itu sebagai dosen pengampu mata kuliah writing, editing and reporting.

       Mendengar ungkapan misteri tersebut, membuat beberapa mahasiswa di ruangan yang berukuran sedang , dengan kapasitas yang sederhana itu tiba-tiba tersendak kaku. Mereka terus  memainkan akalnya untuk merangkai beberapa alasan logis. Namun, sang dosen berusaha untuk tetap menenangkan kondisi  mahasiswanya.
“Hari ini kita Final, tapi sekarang saya akan bawa beberapa narasumber untuk kalian wawancara di depan. Bertanyalah seperti layaknya seorang wartawan. Jangan seperti berdiskusi ya. Dan tugas hari ini menjadi tugas finalnya” ujar lelaki murah senyum itu menenagkan mahasiswanya sambil menyisipkan beberapa wejangan.

“uhhhhhhhhh !” tangkas mahasiswa serentak.

          Kini, waktu teus berdetik. Kondisi ruangan semakin tegang. Sembari mennunggu kehadiran seorang narasumber yang akan kami wawancarai. Berbagai persiapan telah saya lakoni. Seperti halnya catatan, alat tulis, pertanyaan dan lain sebagainya. Menunggu dan terus menunggu. Waktu telah menunjukkan pukul 10.05 WIB. Hari semakin siang.namun tidak pula menyurutkan semangat 45 para mahasiswa. Ditengah situasi tegang itu, tampak seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih dan berbaju koko dengan celana hitam memasuki ruangan persegi empat tersebut. Sambil meneteng kresek merah yang diisi dengan beberapa botol minuman segar didalamnya. Ya, lelaki itu adalah orang yang kami tunggu. Tidak mengulur waktu lagi, lelaki bermata sipit itu langsung membuka pertemuan di hadapan para mahasiswa.

“Assalamualaikum, saya Zacky. Tinggal di Banda Aceh, Kelahiran tahun 1990.” Ungkapnya membuka pertemuan.

       Beberapa pengalaman dan profil dirinya pun terus diungkapkan.  15 menit diawal pertemuan pun menjadi menit menarik untuk dikulik beberapa pertanyaan dan informasi dari Jecky yang kini telah berubah menjadi Zacky.

       Zacky (26) adalah salah seorang pengusaha minuman segar di Aceh. Bukan hanya itu, ternyata Zacky juga melebarkan sayap usahanya pada bidang sambal dan snack pula. Lelaki keturunan  cina itu,membangun usahanya dengan niat dan tujuan yang sangat mulia. Membantu para masyarakat yang menderita DBD (Demam Berdarah Dengue) pada tahun 2008 silam menjadi tonggak utamanya membangun usaha tersebut.

“saya mendirikan usaha Nozy Juice ini pada tahun 2008, awalnya saya melihat dan membaca beberapa surat kabar yang banyak memberitakan tentang DBD, kemudian saya pun mencoba mencari solusi. Akhirnya saya mencoba membangun usaha minuman segar dengan produk unggulan jambu biji yang menjadi obat untuk penderita DBD” ungkap pria berkacamata hitam tersebut kepada kami.

     Akan tetapi ternyata usaha yang dibangunnya 8 tahun silam tersebut tidak serta-merta melambung seperti sekarang ini. Banyak sindiran dan nyinyiran yang ia terima. Namun hal tersebut tidak juga membuat lelaki kelahiran tahun 1990 putus asa.

“dulunya produk kami ini pernah dibuang ketempat sampah di depan mata kami, namun saya tetap sabar dan berkata kepada istri saya, sabar. Ini adalah guru pelajaran untuk kita agar maju.”ujarnya.
Pada tahun 2010 Jecky Resmi berganti nama menjadi Zacky. Lelaki bermata sipit itu dulunya beragama Budha, kini telah menjadi seorang muallaf. Dan kini berhasil memajukan usaha minuman segarnya tanpa bahan pengawet. Banyak pengalaman ynag telah dipelajarinya. Sehingga menguatkan setiap sisi kehidupan dan usahanya.

“saya masuk islam tahun 2010. Di masjid Raya Baiturrahman. Hal itu saya lakukan bukan karena paksaan, namun karena keinginan saya sendiri,  berawal dari kakak angkat saya yang sering bercerita tentang Rasullullah SAW. Dan saya sangat mengangumi islam dari segi pembinaan Keluarga. Istri yang melayani suami. Hak-haknya dan lain sebagainya. Saya sangat kagum dengan Hukum Islam tersebut” Tangkasnya bercerita tentang keislaman dirinya.

       Kini, berbagai Upaya terus dilakukannya untuk menopang dan memajukan Usaha Nozy Juice tersebut. Tetap menjaga Cita rasa dan tidak memakai Pengawet adalah andalan dari Produk minuman segar milik Zacky. Dan Lelaki itu pun tetap bersikukuh untuk menolong masyarakat yang sakit dengan memberikan Bonus Minuman segar kepada pelanggannya yang menderita sakit.
“karena tujuan utama saya dari usaha ini adalah membantu orang yang sakit, jadi saya selalu memberikan kelebihan bonus untuk pelanggan yang membeli Nozy juice karena sedang menderita sakit. Sedekahlah Kepada orang yang sakit” Ujarnya sambil tersenyum dihadapan kami.


Peringatan 12 Tahun Tsunami Aceh






(Ilustrasi/ 26 Desember 2004)

26 Desember 2004. merupakan Alarm sejarah bagi masyarakat Aceh. mengenang peristiwa 12 tahun silam yang begitu melekat di hati. kejadian yang banyak merenggut korban jiwa, bahkan tidak terhitung kerugian material maupun non materialnya. kisah pilu yang merobek hati itu masih terasa hingga kini. Jutaan ribu jiwa yang berserakan, kerusakan material dan non material yang porak-poranda, bahkan jeritan malang gadis kecil  masih kental terpantul di memori mereka. 
ACEH BERDUKA itulah sepenggal kata dari lisan Dunia. 


Musibah nyata itu tidak dapat dipungkiri kehadirannya. namun menjadi pelajaran penting untuk setiap jiwa yang bernyawa. meyakini akan kebesaran ALLAH SWT. dan terus bersabar serta mengikhlaskan setiap cobaan yang diberikannya. karena Allah tidak akan memberikan cobaan diluar kemampuan hambanya.

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَاۤ اِنْ نَّسِيْنَاۤ اَوْ اَخْطَاْنَا‌ۚ رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَاۤ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَه عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا‌‌ۚرَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِه‌ ۚ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰنَا فَانصُرْنَا عَلَىالْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ
Artinya : “Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (Al Baqarah : 287).
(Banda Aceh- Kawasan Kuburan Massal Ulee Lheu/26 Desember 2016)

Pagi Ini, 26 Desember 2016, pukul 07.30 WIB masyarakat Aceh kembali menghentikan segala aktifitasnya. merek berbondong-bondong menuju masjid dan kuburan massal Ulee Lheu untuk melakukan Doa dan ziarah bersama. kembali bercengkrama dengan sanak saudara yang telah syahid 12 tahun silam.berbagai Doa dan shalawat pun dilantunkan. akantetapi, seketika suasana menjadi hening, saat seorang ust. memimpin Doa dan harapan kepada sang Ilahi Rabbi. Para masyarakat yang hadir kembali menarik ulur kejadian itu. Isak tangis terdengar jelas. Doa dan Harapan terus keluar dari lisan mereka, Seakan hati ini menitipkan kerinduan yang mendalam kepada para syuhada.


(Banda Aceh- Kawasan Kuburan Massal Ulee Lheu/26 Desember 2016)

Setiap adegan pilu yang memeras air mata telah tergambarkan lagi. Beberapa individu dan kelompok masyarakat lainnya juga mengambil posisi di depan batu nisan kuburan massal sambil membacakan yasin dan doa untuk para syuhada. bahkan ada yang menyirami nisan dengan air yang dicampur bunga di dalamnya. selain itu pula, Kegiatan Peringatan 12 tahun Tsunami Aceh juga dihadiri oleh beberapa tokoh penting, seperti wali kota non aktif Banda Aceh, Hj. Illiza Sa'aduddin Djamal, S.E., dan Wali Nanggroe IX Malik Mahmud Al-Haytar beserta rombongan.

Sahabat. waktu bergulir dengan cepat. Matahari semakin menampakkan dirinya. begitu pula dengan para masyarakat yang terus berdatangan. Pekarangan kuburan Massal Ulee Lheu telah di padati masyarakat. Para aparat gabungan juga ikut andil terhadap keamanan kegiatan tersebut. Sehingga Prosesi kegiatan ini terus berjalan dengan sangat khidmat dan lancar.

Kini, Aceh kembali bangkit. Peristiwa 12 tahun silam adalah sejarah berharga bagi rakyatnya. Dan akan menjadi Cerita nyata bagi anak cucu kelak. ACEH TANOH LOEN SAYANG. 

Sahabat, Sejarah itu bukan untuk dilupakan, namun untuk dijadikan pelajaran bagi kehidupan mendatang.

Semoga kita termasuk orang-orang yang terus bersyukur atas nikmat Allah yang telah diberikannya kepada kita hingga saat ini. Amin ya Rabb.
Allahummafirlahum, warhamhum, wa'afihim wa'fu'anhum...

Sahabat, marilah sejenak Haturkan Doa untuk mereka para syuhada yang telah mendahului kita.

Kunjungi juga :

Jumat, 29 Juli 2016



MENGENAL LEBIH  DEKAT KEINDAHAN ALAM BRAYEUNG


Hasil gambar untuk gambar objek wisata brayeung aceh

         Traveling merupakan salah satu perjalanan yang dilakukan seseorang maupun kelompok tertentu untuk mengunjungi tempat-tempat wisata baik yang bersifat domestik maupun international. Selain itu pula dengan melakukan kegiatan tersebut banyak hal dapat ditemukan sehingga kita bisa lebih mengetahui akan kekayaan alam yang terdapat didalam suatu wilayah tertentu, seperti halnya objek wisata irigasi brayeung yang berada di Aceh Besar Provinsi Aceh. Objek wisata ini telah menjadi sorotan masyarakat lokal maupun international, sehingga banyak pengunjung yang mengunjungi tempat tersebut. selain berwisata, pengunjung juga dapat melakukan banyak hal lainnya, seperti mencuci pakaian,membersihkan sepeda motor bahkan menikmati pemandangan sekitarnya.
         Dan kali ini aku bersama teman-teman lainnya memilih Brayeung sebagai objek wisata yang akan kami kunjungi. Selain untuk menyelesaikan tugas liputan, kami juga dapat menikmati pemandangan sambil bercengkrama bersama para teman-teman dan pengunjung objek wisata.
         Kini waktu menunjukkan Pukul 11.00 WIB persiapan telah dilakukan sebaik mungkin. Saatnya perjalanan menuju objek wisata brayeung ditempuh. Awalnya, kami memilih untuk melakukan kegiatan traveling ini menuju objek wisata lhok mata ie, salah satu objek wisata lain yang terdapat di kota Aceh. Namun, karena adanya beberapa hal yang tidak memungkinkan kami menempuh perjalanan menuju objek wisata tersebut, akhirnya aku dan para traveler lainnya memutuskan untuk mengunjungi objek wisata Brayeung sebagai penggantinya.
         Tidak kalah menarik dengan objek wisata lainya, brayeung juga menjadi salah satu objek wisata favorit di Aceh. Untuk dapat sampai ketujuan kami menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam menuju objek wisata irigasi Brayeung. Melewati jalanan yang dipenuhi pepohonan yang dihiasi pemandangan pesisir pantai lhoknga dengan alutan gelombang-gelombang pantai bak surganya dunia. Keindahan alam ini harus terus tetap dijaga dan dilestarikan, menjadi tanggung jawab bagi kita sebagai penghuni alam semesta. Kini,perjalanan terus dilakukan hingga saatnya kami memasuki wilayah Brayeung yang menjadi tujuan utama untuk melakukan liputan traveling bersama rekan lainnya.  Melewati pegunungan yang lebat dengan pepohonan dikaki bukitnya, jalanan yang terjal diselimuti hawa dingin sesudah guyuran hujan, dan lekukan arah yang membawa kami menuju gerbang utama Brayeung menjadi pesona tersendiri jika dinikmati bersama keluarga, sahabat dan kerabat.  Perjalanan yang tidak pernah terlupakan.
“Wow.. its so Amazing !” teriakku dalam hati. Sambil terus membawa sepeda motor untuk memasuki gerbang utama Brayeung.
         Sesampainya di gerbang utama Brayeung aku dan rekan lainnya langsung memarkirkan sepeda motor pada tempatnya. Tanpa perlu aba-aba lagi, kami langsung mencari gubuk peristirahatan sejenak untuk melepas penat sambil meletakkan beberapa barang bawaan masing-masing dan juga melaksanakan ibadah shalat dzuhur bersama. Selepas melakukan seremonial khusus, kini saatnya memanjakan mata dengan keindahan alam brayeung yang begitu indah sambil melakukan liputan traveling. Berjalan sambil menelusuri sekeliling tempat wisata, melihat dan menikmati suguhan alam Aceh membuatku terus terpana dengan kekayaan alam negeriku indonesia.
“Sungguh besar kuasamu Ya Allah ! “Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” ujarku dalam keheningan. Yang terus takjub dengan keindahan alam ini.



        


         Namun, seketika itupula terlihat dari kejauhan seorang wanita setengah baya bersama dengan sanak saudaranya yang sedang bewisata di pinggiran irigasi brayeung sambil mencuci pakaian. Pemandangan unik yang membuatku ingin menghampiri keluarga tersebut sambil bercengkrama sejenak ditengah-tengah mereka.
         Sebut saja Azizah, wanita yang berumur 45 tahun ini adalah seorang pengunjung objek wisata Brayeung yang berasal dari Lamtemeun Timur. Ia memilih pariwisata tersebut sebagai tujuan utamanya traveling bersama keluarga. Namun, ternyata pengunjung ini juga menjadikan irigasi Brayeung sebagai tempat untuk mencuci pakaian bersama sanak saudarannya.
“Irigasi Brayeung bukan hanya dapat dijadikan sebagai objek wisata pemandian, bermain boat dan berkumpul bersama. Namun irigasi ini juga dapat digunakan sebagai tempat untuk mencuci pakaian,sepeda motor dan lain-lain. Karena selain tempat nya yang indah, Brayeung juga memiliki fasilitas yang memadai untuk para ibu-ibu yang ingin mencuci pakaian rumah tangganya disini” ujar azizah kepadaku saat berbincang-bincang sejenak sambil menemaninya mencuci pakaian.
         Pemilihan Objek wisata Brayeung menjadi sorotan favorit keluarga yang ingin menikmati waktu liburanya. Brayeung selain berfungsi sebagai tempat wisata ternyata memiliki multifungsi lainnya yang membuat para pengunjung betah dan ingin berlama-lama menghabiskan waktu di tempat tersebut. Selain lokasi yang terjangkau, brayeung juga memiliki keunggulan irigasi yang luas dan memadai. Sehingga dapat membuat para pengunjungnya dapat menggunakan fasilitas yang disediakan oleh pihak pengelola objek wisata.
“Saya rasa objek wisata Brayeung sangat pas untuk objek wisata keluarga yang ingin menikmati waktu liburnya, karena selain pemandangan yang indah, disini juga aman dan nyaman” tambah azizah dengan raut muka sumringah dihadapanku.
         Melihat keceriaan para pengunjung menjadi kesenangan tersendiri bagiku untuk terus ingin menjaga dan mengembangkan objek wisata di indonesia, salah satunya adalah Aceh. Hiruk-pikuk pengunjung dan pedagang menjadi keleluasaan dalam kawasan Brayeung. Sama halnya dengan keluarga ibu azizah yang kini kembali melanjutkan aktifitas wisata mencuci pakaiannya bersama keluarga dan sanak keluarga di pinggiran Irigasi Brayeung.


Keindahan,kekayaan dan keunggulan alam Aceh menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan mancanegara. Dan hal ini harus terus dijaga dan dilestarikan. Ini merupakan titipan Allah SWT yang harus kita laksanakan bersama. Keep Our Nature For Our Future !! 

Selasa, 08 Maret 2016




GARA-GARA “TITIK”

 Suatu hari selesai melakukan aktifitas belajar disalah satu instansi pemerintah, dari kejauhan terlihatlah seorang wanita separuh baya yang berpenampilan santun sedang berjalan menghampiriku sambil melemparkan senyuman hangat.

“Mez, bsok kita buat laporan pertanggung-jawaban untuk acara maulid ya” ucap ketua acara kepadaku.
“Oke kak, pukul berapa kak ya ?” tanyaku kepada ketua acara.
“Eummm.. pukul 9 ?” tawarnya saat itu.
“Wah.. bagaimana jika pukul 11 kak ? “ balasku yang saat itu sedang memikirkan agenda lain untuk keesokkan harinya.
“Oke.. jadi pukul 11 kita langsung ke TKP ya” ia pun menyetujui saranku.

Keesokkan harinya tepat pukul 10.15 WIB, akupun langsung bersiap-siap untuk menuju TKP (sebuah perpustakaan yang terdapat dikota) untuk meneyelesaikan laporan pertanggung-jawaban bersama panitia lainnya. Sesampainya disana kami pun bergegas membuka laptop dan membaca beberapa file-file yang terdapat pada dokumentasi acara tersebut. Ditengah kesibukkan kami membuat laporan tersebut tiba-tiba bel pun berbunyi. Pertanda kami harus segera meninggalkan tempat tersebut karena  waktu berkunjung telah berakhir.

“Kring..Kring !!!!”
“kak.. kita harus segera meninggalkan TKP, bagaimana dengan laporan yang belum terselesaikan ?”  tanyaku khawatir.
“eumm.. bagaimana kalau kita pindah kesebelah saja (salah satu rumah makan) sambil menikmati sajian yang ada hehe” cetus salah-satu panitia pada bidang bendahara memberi solusinya.
“Wah... ide bagus kak !! biar efektif kita harus segera mengisi kekosongan perut yang akan memasuki waktu pengisiannya,” Balasku Sumringah sambil bercanda.
“hahahahaaha baiklah “ timbal ketua acara sambil tertawa mendengar ucapanku.

Tanpa menunggu lama kami pun bergegas merapikan setiap peralatan dan langsung menuju ketempat yang selanjutnya menjadi sasaran untuk membuat laporan pertanggung-jawaban tersebut yang akan dikumpulkan sore nanti.

Sesampainya pada tempat tujuan selanjutnya, aku dan panitia lainnya pun segera menempati tempat yang telah disediakan sambil memesan beberapa cemilan ringan dan berat lainnya yang akan menemani kami membuat laporan tersebut.
Kini, beberapa laporan telah terselesaikan, saatnya kami beralih pada laporang pertanggung-jawaban dana kegiatan yang akan dilaporkan oleh bendahara acara. Namun, ketika sedang asyik membuat laporan tersebut, tanpa disadari kami melewati peletakkan tanda baca “titik” disalah satu kalimat dalam laporan itu. Akan tetapi, tidak terlalu kami hiraukan.
Waktu terus berjalan, dan setiap panitia memiliki tugas masing-masing yang siap dikerjakan dan dilaporkan kepada direktur untuk beberapa evaluasi lanjutan pada acara yang telah dilaksanakan sepekan lalu. Dan kini, saatnya kami mengakhiri pembuatan laporan tersebut serta melanjutkan pada sesi makan bersama. Usai menyantap makanan yang disediakan, akhirnya aku dan panitia lainnya pun meninggalkan tempat tersebut dan kembali kerumah masing-masing. Kemudian tepat pukul 16.00 WIB selesai melaksanakan shalat ashar di masjid, kami pun memberikan laporan yang telah kami selesaikan kepada direktur untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Namun, ketika laporan tersebut dikumpulkan, tak lama kemudian direktur pun langsung memanggil beberapa diantara kami untuk segera mengahadapnya.

“Maaf bapak, ada yang bisa kami bantu ?” ucap ketua acara kepada direktur.
“owh kalian, iya, setelah laporan ini saya baca dan amati, telah muat dengan sangat bagus dan detail sesuai aturannya namun,ternyata ada satu kalimat yang kalian tidak meletakkan tanda baca “titik” pada akhirannya. Sehingga jika dibaca lebih lanjut akan menimbulkan persepsi yang berbeda terhadap kalimat tersebut. Jadi, karena kesalahan itu saya ingin laporan pertanggung-jawaban ini dilaporkan kembali tanpa ada kesalahan dan ketertinggalan tanda baca pada tempatnya” ucap direktur sambil menyerahkan laporan tersebut dan meminta kami untuk membuatnya kembali.
Mendengar keluhan dan masukan dari direktur, kami pun terkejut dan tertegun malu karena keteledoran dan tidak menghiraukan kesalahan kecil saat proses pengetikkan yang tidak meletakkan tanda baca “titik” pada salah satu kalimat. Namun, hal tersebut kami jadikan pelajaran untuk kedepannya, agar selalu bersikap teliti dan tidak meremehkan sesuatu hal yang terlihat kecil.

IBRAH :
“Jangan meremehkan suatu HAL yang terlihat kecil namun berdampak besar bagi kita.  Hargailah setiap HAL, dan telitilah dalam setiap pekerjaan”.


#Ini ceritaku,Apa ceritamu hari ini ?